Tabalong – UPT Puskesmas Pugaan, Kabupaten Tabalong, memperkenalkan inovasi SILAT BAPANTING (Sistem Layanan Terpadu Gerakan Aksi Bersama Atasi PTM dan Stunting), sebagai strategi komprehensif untuk mengatasi meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti hipertensi dan diabetes, sekaligus memperkuat upaya penanganan stunting di masyarakat.
Inovasi ini mengintegrasikan berbagai layanan kesehatan ke dalam satu sistem digital yang terstruktur dan mudah diakses. Proses dimulai dari E-POSBINDU PTM, yang melakukan skrining dan deteksi dini PTM di lapangan. Hasil pemeriksaan langsung tercatat dalam SEMESTA PTM, sistem rekam medis elektronik internal yang memungkinkan tindak lanjut medis secara cepat dan akurat.
Distribusi obat dilakukan melalui SILIPAT PTM Online, sehingga pasien dapat menerima obat tanpa harus mengantre di puskesmas. Untuk memastikan keteraturan konsumsi obat, Puskesmas membentuk PMO PTM (Pengawas Minum Obat) dari kalangan keluarga pasien yang dilatih khusus agar mendampingi terapi harian.
Tak hanya itu, program ini juga mencakup pendekatan nonfarmakologis melalui PANDU AKUPRESSURE, layanan terapi akupresur bagi penderita hipertensi dan diabetes. Selain itu, SAHABAT PTM membantu pasien melalui pengantaran obat, pengingat terapi, serta edukasi berkelanjutan. Semua pendekatan ini diperkuat oleh LENTERA PTM, sebuah layanan motivasional dan edukatif seperti hipnoterapi bagi pasien yang mulai kehilangan semangat dalam menjalani pengobatan.
“Sebelumnya banyak pasien PTM tidak rutin kontrol dan tidak teratur konsumsi obat. Setelah sistem ini berjalan, tingkat keteraturan terapi PTM meningkat hingga 78,29% pada tahun 2024,” jelas Azizar Rahman, S.Kep., Ns., inovator program.
Ia menambahkan bahwa pencapaian tersebut tak lepas dari kemudahan akses layanan, kecepatan tindak lanjut medis, serta keterlibatan aktif keluarga dalam proses pengobatan.
Inovasi ini juga mendorong peningkatan cakupan skrining PTM melalui Posbindu berbasis aplikasi, serta menurunkan angka drop-out pasien yang sebelumnya putus pengobatan karena jarak, waktu, atau kurangnya informasi.
SILAT BAPANTING membuktikan bahwa pengelolaan PTM yang terintegrasi dan berbasis teknologi tidak hanya meningkatkan efektivitas pelayanan kesehatan, tetapi juga membentuk budaya hidup sehat yang baru—masyarakat menjadi lebih sadar risiko, patuh terapi, dan merasa didampingi secara manusiawi.
