Khutbah Jumat: 6 Perkara Yang Merusak Amal dan Cara Menghindarinya
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Hadirin jama’ah Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang tak terhingga. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Pada khutbah Jumat kali ini, saya ingin menyampaikan tentang enam perkara yang dapat merusak amal ibadah kita. Perkara-perkara ini, jika tidak kita waspadai dan hindari, akan sia-sia pahala yang telah kita kumpulkan. Enam perkara tersebut adalah:
Enam Perkara Yang Merusak Amal
1. Riya (Pamer)
Riya adalah melakukan amal ibadah dengan tujuan agar dilihat dan dipuji oleh orang lain, bukan karena mengharap ridha Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 264, yang artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu merusak sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian…”
Riya adalah penyakit hati yang sangat berbahaya dan bisa menghapus seluruh pahala amal ibadah kita. Untuk menghindari riya, luruskan niat hanya karena Allah SWT sebelum melakukan amal ibadah apapun. Ingatlah, Allah SWT Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi di dalam hati kita.
2. Ujub (Bangga Diri)
Ujub adalah merasa bangga dengan diri sendiri atas amal ibadah atau kebaikan yang telah kita lakukan. Ujub membuat kita merasa lebih baik dari orang lain dan merendahkan mereka. Ujub adalah awal dari kesombongan dan dapat menjerumuskan kita ke dalam neraka. Rasulullah SAW bersabda, “Tiga perkara yang membinasakan: sifat pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ujub seseorang terhadap dirinya sendiri.” (HR. Thabrani)
Cara menghindari ujub adalah dengan selalu mengingat bahwa segala kebaikan dan kemampuan yang kita miliki adalah semata-mata karunia dari Allah SWT. Tidak ada satu pun yang patut kita banggakan dari diri sendiri. Hendaknya kita senantiasa merendahkan diri dan bersyukur atas nikmat Allah SWT.
3. Sum’ah (Mencari Pujian)
Sum’ah adalah menceritakan amal ibadah atau kebaikan yang telah kita lakukan kepada orang lain dengan tujuan agar dipuji dan dihormati. Sum’ah hampir sama dengan riya, namun sum’ah dilakukan setelah amal ibadah selesai dikerjakan, sedangkan riya dilakukan saat mengerjakan amal ibadah.
Hindarilah membicarakan amal ibadah yang sudah kita lakukan. Biarlah Allah SWT yang menilai amal ibadah kita. Cukup kita dan Allah SWT yang tahu. Semakin tersembunyi amal ibadah kita, semakin besar pahalanya.
4. Hasad (Dengki)
Hasad adalah merasa tidak senang atau iri hati atas nikmat dan kebaikan yang Allah SWT berikan kepada orang lain. Hasad membuat kita berharap agar nikmat tersebut hilang dari orang lain. Hasad adalah penyakit hati yang sangat buruk dan bisa menghancurkan hubungan antar sesama manusia. Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah dengki, karena dengki itu memakan (menghabiskan) kebaikan sebagaimana api memakan kayu bakar.” (HR. Abu Daud)
Untuk menghindari hasad, berusahalah untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita. Berbahagialah atas kebahagiaan orang lain dan doakanlah kebaikan untuk mereka. Ingatlah, rezeki setiap orang sudah diatur oleh Allah SWT, dan kita tidak perlu merasa iri hati.
5. Ghibah (Menggunjing)
Ghibah adalah membicarakan aib atau kekurangan saudara kita sesama Muslim yang tidak disukainya jika ia mendengarnya. Ghibah adalah dosa besar dan sangat dibenci oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujurat ayat 12, yang artinya: “…Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik…”
Jauhilah ghibah. Jika kita mendengar orang lain sedang berghibah, nasihatilah mereka dengan lemah lembut. Sibukkan diri dengan hal-hal yang bermanfaat daripada membicarakan keburukan orang lain.
6. Namimah (Adu Domba)
Namimah adalah menyampaikan perkataan seseorang kepada orang lain dengan tujuan untuk mengadu domba dan menimbulkan permusuhan di antara mereka. Namimah adalah perbuatan yang sangat keji dan dapat merusak hubungan persaudaraan dan persahabatan. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang suka mengadu domba.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Janganlah mudah percaya dengan perkataan orang lain, apalagi jika perkataan tersebut bertujuan untuk mengadu domba. Berusahalah untuk selalu mendamaikan orang-orang yang berselisih dan menjaga persatuan dan kesatuan umat Islam.
Hadirin jama’ah Jumat yang dirahmati Allah SWT,
Marilah kita berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari enam perkara yang merusak amal tersebut. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi kita dari godaan syaitan dan memberikan kita kekuatan untuk menjadi hamba-Nya yang lebih baik.
Barakallahu li walakum fil qur’anil ‘adzim wa nafa’ani waiyyakum bima fihi minayati wa dzikril hakim. A’udzubillahiminas syaitonirojim. Bismillahirrahmanirrahim.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
FAQ (Frequently Asked Questions)
Apa perbedaan antara riya dan sum’ah?
Riya dilakukan saat melakukan amal ibadah dengan tujuan dipuji, sedangkan sum’ah dilakukan setelah selesai beribadah dengan menceritakan amal ibadah agar dipuji.
Bagaimana cara mengatasi perasaan hasad?
Dengan bersyukur atas nikmat yang Allah berikan kepada kita dan berbahagia atas kebahagiaan orang lain, serta mendoakan kebaikan untuk mereka.
Apakah ghibah hanya sebatas membicarakan keburukan orang lain?
Ya, ghibah adalah membicarakan aib atau kekurangan saudara kita sesama Muslim yang tidak disukainya jika ia mendengarnya.
Apa dampak dari perbuatan namimah?
Namimah dapat merusak hubungan persaudaraan dan persahabatan, serta menimbulkan permusuhan.
Mengapa ujub bisa merusak amal?
Karena ujub membuat kita merasa lebih baik dari orang lain dan merendahkan mereka, yang bertentangan dengan ajaran Islam tentang kerendahan hati.
